Cerita Vian Saat Diajak Keponakan Memancing Ikan

durakingfishing Vian, lelaki berusia 27 tahun memiliki cerita menarik saat berkunjung ke kampung halaman sang istri. Lokasinya di Kutai Barat, Kalimantan Timur. 

Dia mengaku kalau sudah lama tidak berkunjung ke kampung halaman istrinya, karena adanya pandemi Covid-19. 

“Saat PPKM telah berakhir, kami memutuskan untuk pergi berkunjung selama 1 minggu. Waktu satu minggu saya putuskan untuk melepaskan hasrat memancing saya selama di kampung. Yang “katanya” spot di SANA masih asri dan jarang ada yang melakukan setrum pada ikan,” ceritanya.

Akhirnya Ivan pun sampai di kampung setelah menempuh perjalanan selama 9 jam yang cukup melelahkan.

“But, it’s okay lah ya. Sesampainya di kampung kami disambut oleh keluarga besar di sana. Di sela-sela sambutan tersebut, keponakan saya yang melihat kami membawa alat pancing langsung bertanya apakah saya mau memancing atau bukan. Sang keponakan mengaku mengetahui spot bagus untuk memancing. Hingga akhirnya Vian pun tergoda. 

“Keponakan saya namanya Diva. Keesokan harinya dia pun datang ke rumah dengan motor trailnya sambil membawa pancing. Saya mulai bertanya, “kok pakai trail, Diva? Jalannya rusak?”. Dia pun menjawab, “nggak om, di pinggir jalan aspal aja kok”, jawabnya sambil buka map. “Kamu tau gak jalannya?,” tegas saya. “Tau om, tenang aja. Aku loh sudah keliling semua daerah sini,” sambutnya sambil tertawa.

Dikarenakan informasi yang diberikan lokasinya berada di pinggir jalan raya, Vian memutuskan membawa motor matic, agar nyaman saat membawa alat.

“Saat kami ingin pergi, adik dari istri saya memutuskan untuk ikut kami. Akhirnya kami bertiga pun berangkat. Satu jam perjalanan saya menghampiri motornya dan bertanya, “masih jauh spotnya?”, “nggak om, dekat lagi. Nanti di depan belok kanan”. 

1 jam berlalu, setelah dirinya bertanya, Diva berbelok ke arah jalur yang belum dilakukan semenisasi alias aspal. Saya bertanya lagi, “di mana spotnya?”, “kata temanku masuk ke dalam sini om,” jawabnya terlihat ragu.

Perasaan Vian mulai tidak enak untuk trip saat itu. Benar saja, semangatnya langsung luntur saat beberapa menit setelah mereka menelusuri jalan tersebut. 

“Motor saya tenggelam di lumpur dan nggak bisa dilanjutkan lagi, dikarenakan jalan di depan lebih rusak lagi. Motor, celana, tas, pancingan semuanya penuh lumpur, “belum mancing, udah gini aja kita,” “hehe maaf om, aku ada lagi spot,“ kata Diva. 

Walaupun dengan rasa curiga, mereka tidak ada pilihan selain percaya dan ikut arahannya. Perjalanan dari spot lumpur ke spot kedua sendiri sekitar 1 jam perjalanan. Di tengah perjalanan ke spot, Diva tiba-tiba lapar, dan mereka memutuskan untuk makan terlebih dahulu bekal yang dibawa dari rumah. 

Setelah makan dan bersih-bersih, Vian melanjutkan perjalanan. Jalur yang dilewati kali ini semakin menyempit dan sampai akhirnya mereka berhenti tepat di depan pohon tumbang di dalam hutan. 

Vian bertanya lagi, “yakin ini tempatnya? Nanti salah lagi kaya tadi?,”. Diva menjawab, “yakin om”. 

Mereka pun lantas masuk ke dalam hutan untuk mencari spot yang dimaksud. Setelah 20 menit berjalan kaki, akhirnya Diva membuat pengakuan. “Om, kayanya salah deh tempatnya,” ujarnya sambil tersenyum. 

“Di dalam hutan yang saya taruh harapan saya saat itu untuk mendapatkan ikan harus saya pupuskan. Jangankan ikan, air pun tak ada kami jumpai. Hahahahaha,” terangnya. 

Namun, walaupun demikian, Vian tetap menikmati perjalanan tersebut. Setidaknya ia merasakan diajak jalan oleh keponakannya keliling pelosok daerah. 

“Sepanjang perjalanan pulang,  Diva pun pasrah kami buli. Ya, begitulah cerita pengalaman saya saat pandemi di kampung halaman. Kesal, tapi lucu kalau diingat-ingat. Hahaha,” tuturnya menutup cerita.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

five − 4 =